Waspada ! Banyak Aliran Sesat Tumbuh di Jawa Barat

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jabar kerap menerima laporan terkait dugaan aliran sesat. Namun setelah dilakukan penindakan, tak lama kemudian aliran sesat lain muncul lagi.

Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar mengatakan, Jawa Barat ini lahan subur bagi tumbuhnya aliran-aliran diduga sesat. Hampir setiap bulan MUI Jabar menerima laporan terkait aliran seperti itu.

Foto Ilustrasi

"Aliran sesat di Jabar ini banyak ya. Jabar ini lahan subur bagi tumbuhnya aliran-aliran sesat itu. Hampir tiap bulan (terima laporan) yah. Dua bulan, tiga bulan muncul ada yang baru," kata Rafani ditemui di Kantor MUI Jabar, Jalan RE Martadinata, Kota Bandung, Sabtu (26/6/2021).

Melansir berita dari laman Inews, MUI baik Jabar maupun kota dan kabupaten, ujar Rafani, organisasi yang lebih dulu menangani isu aliran sesat demi menjaga akidah umat Islam. Namun, aliran seperti itu selalu muncul, seperti tidak ada habisnya.

"MUI biasanya paling duluan menangani (aliran sesat ini) demi menjaga akidah umat, kan gitu. Tapi ini juga tidak ngerti kami ya. Sekali diatasi, hilang. Tapi nanti besok lusanya, muncul lagi. Kan gitu fenomenanya," ujarnya.

Untuk mencegah kasus serupa kembali muncul, tutur Rafani, MUI Jabar akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian di setiap daerah. "Kami berkoordinasi dengan kepolisian untuk melakukan cegah dini. Saya kira itu," tutur Rafani.

Diberitakan sebelumnya, MUI Jawa Barat mengakui ada keanehan aktivitas Yayasan Baiti Jannati di Cijawura Girang, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung. Berdasarkan laporan, pengurus dan anggota yayasan itu sering melakukan ritual tengah malam.

Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar mengatakan, selain ritual tengah malam, MUI Jabar sering mendapatkan laporan serupa terkait yayasan itu setiap bulan.

"Ada pengaduan masyarakat bahwa kegiatan keagamaan mereka (anggota dan pengurus Yayasan Baiti Jannati) ini agak berbeda. Jadi, pengajiannya tengah malah, sholat Isya-nya tengah malam," kata Rafani, Sabtu (26/6/2021).

Jauh sebelum insiden pada Rabu (23/6/2021) malam terjadi, ujar Rafani, pada 2017, MUI Jabar pernah melakukan pengawasan karena menerima laporan dari masyarakat yang menyebutkan kegiatan keagamaan di yayasan tersebut menyimpang atau tidak sesuai syariat Islam.

Rafani menyatakan, hampir bersamaan dengan laporan dugaan penyimpangan dari sisi ritual, ada kelompok masyarakat yang melapor ke MUI pada 2017. Mereka merasa dibohongi karena wajib memberikan infaq sampai ratusan juta rupiah. Jika tidak salah saat itu Rp200 juta.

"Saya tidak tahu prosesnya seperti apa. Apakah memang (Yayasan Baiti Jannati) memakai doktrin infaq sehingga orang itu memberikan begitu saja. Setelah sadar, ternyata ya merasa dibogongi gitu. Saya waktu itu menganjurkan kepada orang itu supaya lapor ke polisi. Cuma orang ini gak mau melapor karena merasa terancam atau bagaimana gitu ya," ujar Rafani.

Tidak lama setelah itu, sekitar tahun 2018, tutur Sekretaris MUI Jabar, datang staf Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Kementerian Agama (Kemenag) datang ke kantor MUI Jabar, Jalan Riau, Kota Bandung.

Kebetulan bertemu dengan Rafnai Achyar. Staf Litbang Kemenag membicarakan masalah aliran-aliran keagamaan di Jawa Barat. "Litbang Kemenag ketemu saya, bicara soal aliran-aliran di Jawa barat. Nah saya laporkan itu (yayasan) Baiti Jannati. Sehingga litbang (Kemenag) pernah datang ke sana, ke lokasi," tutur Sekretaris MUI Jabar.

Namun, Rafani tak tahu tindak lanjut dari penangan Yayasan Baiti Jannah oleh Litbang Kemenag. "Tapi bagaimana penanganannya kami tidak tahu, selanjutnya. Setelah itu, setelah agak rame, tidak kedengaran lagi. Ya asumsi saya (aktivitas Yayasan Baiti Jannati) sudah berhenti gitu ya," ucap Rafani.

"Tapi ternyata, ke sini-ke sini ya semakin rame. Bahkan ada fenomena baru. Ada pengakuan dirinya (Ketua Yayasan Baiti Jannati KH R) sebagai rosul, gitu yaa. Yang sekarang sedang dipelajari videonya oleh polisi," ujarnya.

Terkait penanganan kasus pascainsiden pada Rabu (23/6/2021), Rafani menuturkan, dirinya dihubungi polisi untuk dimintai pandangan dari sisi keagamaan. Kepada polisi, Rafani menyarankan untuk melakukan pendalaman terhadap beberapa dugaan.

Pertama, terkait dugaan Ketua Yayasan Baiti Jannati mengaku sebagai rasul, kedua dugaan melaksanakan ritual tengah malam, dan ketiga, pungutan infaq terhadap jemaah atau anggota.

"Jadi kemaren saya dihubungi oleh polisi. Ya saya katakan, coba aja dalami dulu videonya. Kalau ditemukan ada pengakuan sebagai rosul, itu sudah masuk kategori aliran sesat, ya. Pihak keamanan, kepolisian, bisa menegakkan hukum, bisa menangani. Karena itu (mengaku rasul) nanti masuknya kepada penistaan agama nantinya, gitu," tutur Rafani.

Sementara itu, Maman, salah satu pengurus Yayasan Baiti Jannati mengatakan, yang terjadi saat ini sebenarnya isu dari sebelah pihak. "Padahal, uayasan kami sudah bersih sebenarnya. Karena yayasan kami pada 2018, jadi tiga tahun lalu, dipanggil sama pihak berwenang. Bahkan ketua kami dua hari di sana. Ditanya segala macam tentang yayasan," kata Maman, Kamis (24/6/2021).

Setelah itu, ujar Maman, keluarlah hasil bahwa Yayasan Baiti Jannati tidak sesat, bersih. Bahkan dari pihak berwenang, Yayasan Baiti Janati itu kreativitas dalam beragama. "Kreativitas dalam beragama itu mulia," ujar Maman.

Maman menuturkan, tidak mengerti sekarang terjadi lagi protes dari warga setelah pengurus yayasan dipanggil litbang pada 2018. Bahkan beberapa kelompok menuding Yayasan Baitti Jannati itu sesat.

"Padahal kami di sini, beliau (pimpinan yayasan) juga tidak mengatakan dirinya sebagai nabi. Karena tidak ada nabi dan rasul lagi setelah Nabi Muhammad SAW. Betul?" tutur Mamang.

Menurut Maman, sejak 2009 berada di Kelurahan Cijawura dan berdiri Yayasan Baiti Jannati pada 2013, tidak pernah terjadi peristiwa apapun dengan warga sekitar. "Kami gak ada apa-apa sebenarnya. Kami di sini sejak 2009 sampai sekarang 2021, warga yang deket gak ada apa-apa," ujar Maman.

Maman mengatakan, masalah selisih paham dengan warga, dulu juga pernah ada. Tapi belum pernah ada yang datang ke yayasan untuk mengetahui duduk persoalan sebenarnya. Seharusnya, jika ingin tahu yang sebenarnya, bisa datang ke yayasan dan sama-sama mengaji. ""Kalau kami sesat, sebelah mana sesatnya. Kalau salah, di mana salahnya," kata Maman.(***).

Posting Komentar