Lagi Nasib Naas Dialami TKW, Dituduh Membunuh Nenah Arsinah Terancam Hukuman Mati di Dubai

Seorang pekerja migran Indonesia (PMI) asal Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, terancam hukuman mati di Dubai Uni Emirat Arab negara tempatnya bekerja. PMI yang diketahui bernama Nenah Arsinah, 38, itu dituduh membunuh seorang sopir berkebangsaan India pada 2014.

Saat itu Nenah bekerja sebagai asisten rumah tangga di keluarga Ahmed Mohamed Abdelrahman pada 2011. Kasus Nenah mencuat setelah dia kembali dari cuti kerja selama 10 hari di kampung halaman.

"Saat itu Nenah pulang kampung karena ibu kandungnya meninggal," kata kakak Nenah, Nung Arminah, 41, Sabtu, 29 Mei 2021.

Namun tidak lama setelah kembali ke Dubai, Nenah memergoki anak dari majikannya bertengkar dengan sopir warga India tersebut. Esok harinya, Nenah dan temannya asal Filipina menemukan sopir itu dalam keadaan meninggal.

Setelah dituduh membunuh, Nenah diminta untuk menandatangani surat bertuliskan bahasa Arab. Nenah diimingi mendapat uang serta dijodohkan dengan tetangga majikannya.

"Adik saya malah yang dituduh membunuh katanya memberi racun ke makanan sopir, padahal dilihat nasinya masih utuh," kata Arminah.

Halaman Selanjutnya

Armina mengatakan, sang adik tidak mengerti tulisan Arab. Sehingga surat tersebut langsung ditandatangani. Namun, sesaat setelah itu, Nenah bersama temannya warga Filipina langsung ditangkap polisi.

"Ternyata bohong, ternyata majikannya panggil polisi dan adik saya dibawa langsung dan disuruh mengaku. Padahal kata adik saya dia tidak melakukan itu," sambungnya.

Pengakuan tersebut Arminah dapat langsung dari Nenah yang sering menghubunginya melalui sambungan telepon. Kata Arminah, adiknya selalu menceritakan setiap kejadian di Dubai, termasuk kasus hukum yang menjeratnya kini.

Bahkan saat menelpon, Nenah mengaku sering mendapat perlakuan kasar oleh petugas di tempatnya ditahan. Nenah diketahui telah di penjara sejak ditangkap 2014.

"Dia sering telepon, katanya minta pulang sudah enggak kuat. Tiap hari Jumat dia dijemur, dicambuk 100 kali, tangan kakinya diborgol. Dia terakhir kali telepon itu setelah lebaran kemarin, alhamdulilahnya masih bisa komunikasi ke sini," ungkapnya.

Saat ini Arminah hanya bisa berdoa mengharapkan adiknya bisa pulang ke Majalengka dengan selamat. Ia pun yakin adiknya itu bukanlah pelaku dari pembunuhan tersebut.

"Adik saya disuruh mengaku terus tapi dia tidak mau mengaku karena tidak bersalah. Saya yakin adik saya memang tidak bersalah. Sekarang saya cuma bisa berharap pemerintah bisa membantu adik saya bisa pulang," tuturnya.****medcom

Posting Komentar