Jembatan Perahu Viral yang Ditarif Rp2.000 per Motor Ternyata Dibangun dengan Biaya Miliaran Rupiah!

Jembatan perahu yang dimiliki oleh H. Endang di Karawang ternyata menghabiskan biaya miliaran rupiah untuk proses membangunnya. Simak cerita lengkapnya di sini.

Sebuah jembatan perahu di daerah Karawang yang menghubungkan Desa Anggadita dengan Desa Parung Mulya belakangan tengah viral.

Jembatan yang dimiliki oleh H. Endang tersebut viral lantaran ditarif per kendaraan motor sebesar Rp2.000.

Tak ayal, H. Endang sebagai pemilik meraup untung besar sebab setiap harinya ada ribuan motor yang menggunakan jembatan tersebut.

Di balik itu semua, H. Endang sebagai pemilik mengaku niat awal membangun jembatan untuk membantu warga setempat agar bisa menyebrang ke tempat kerjanya tanpa harus memutar jalan.

Selain itu, H. Endang perlu mengeluarkan uang hingga miliaran rupiah untuk membangun jembatan.

Kira-kira berapa harga membangunnya? Yuk, simak ceritanya di sini!

Biaya Membangun Jembatan Perahu yang Ditarif Rp2.000 di Karawang

Melansir laman detik.com, jembatan yang awalnya dibangun pada tahun 2010 ini menghabiskan biaya Rp300 juta per perahu.

“Satu pasang perahu membutuhkan biaya Rp 300 juta,” ujar H. Endang.

Setidaknya jembatan memerlukan lima buah perahu untuk dapat menghubungkan kedua desa.

Juga terdapat beberapa buah perahu cadangan yang tak berada tak jauh di dekat jembatan.

Artinya H. Endang memerlukan biaya satu atau bahkan dua miliar lebih untuk membangun jembatannya tersebut.

Mengenai dana awal pembuatan jembatan, masih melansir detik.com, H. Endang meminjam dari bank.

Selain harga pembuatanya yang mahal, jembatan juga memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk perawatan.

“Jadi, kalau kita mau servis, misalnya ada yang bocor, kita naik dok. Itu satu pasang perahu bisa habis Rp 20-25 juta perawatannya,” ungkapnya.

Omzet Besar

Dengan jembatan tersebut, H. Endang berhasil meraup puluhan juta rupiah setiap harinya.

Namun demikian, mengutip laman kompas.com, H. Endang pun hingga kini sudah mempekerjakan 40 warga.

“Gajinya macem- macem. Ada yang UMK ada yang tidak. Ada beberapa indikatornya. Misalnya lama kerja dan rajin tidaknya,” ujarnya.

Berkat jembatan yang ia buat, selain mempermudah akses transportasi, perekonomian warga terangkat.

Terbukti di sepanjang jalan banyak yang berjualan.

Kemudian jembatan ini dalam perjalannya tak berjalan mulus.

Bahkan pada tahun 2014, jembatan yang masih menggunakan bahan kayu pernah karam dan H. Endang sampai mengganti tiga kali perahu kayunya.

Karena kejadian itu, H. Endang lalu mengganti perahu kayu dengan besi atau perahu ponton.

Posting Komentar