Peringatan Dini BMKG : Awas Potensi Multi Bencana Incar Indonesia

Melihat kondisi cuaca ekstrem yang menyelimuti langit Tanah Air, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyampaikan keterangannya terkait apa yang sebenarnya terjadi pada langit Indonesia.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan adanya potensi multi bencana dari mulai potensi bencana hidrometeorologi, potensi gempa hingga potensi tsunami, info ini disampaikan agar masyarakat mewaspadai dan tidak panik.

"Kita perlu terus mewaspadai potensi multi bencana. Tidak hanya hidgrometeorologi, ada potensi gempa bumi dan potensi tsunami. Kami mengimbau agar kita tetap mewaspadai, namun tidak panik," ungkap Dwikorita.

Kemudian, BMKG mengimbau agar masyarakat memonitor perkembangan terbaru terkait informasi peringatan dini bencana, misalnya prakiraan cuaca ekstrem dan lokasinya, hal itu agar masyarakat bisa mempersiapkan diri terkait potensi bencana tersebut.

"Gunanya agar kita bisa menyesuaikan diri, mengatur kegiatan kita atau menghindari tempat-tempat yang sudah terprediksi, karena setiap peringatan dini itu manfaatnya agar kita bisa mengatur rencana dan kegiatan. Cara untuk tidak panik seperti itu," ujar Dwikorita.

Selanjutnya, Dwikorita menegaskan untuk masyarakat memperhatikan peringatan dini BMKG terkait potensi gempa dan tsunami dapat dimanfaatkan masyarakat agar bisa mengantisipasi mencari tempat lebih tinggi.

Bagi warga yang tinggal di lokasi rawan bangunan runtuh juga perlu berhati-hati pada saat terjadi gempa.

"Misalnya ada hotel di tepi pantai rawan tsunami kita harus waspada ada tsunami ada peringatan dini kita harus segera memonitor agar segera naik ke lantai yang lebih tinggi," jelas Dwikorita.

BMKG juga meminta masyarakat beradaptasi dan mitigasi terkait peringatan dini yang diberikan, seperti menyesuaikan kondisi iklim terutama dalam kepentingan mengirimkan logistik, melakukan penangkapan ikan, cocok tanam, kegiatan pembangunan infrastruktur.

Sebelumnya, BMKG menyebut potensi banjir di Indonesia akan meningkat di awal tahun 2021, tepatnya di bulan Januari hingga Maret.

Hal tersebut diprakirakan sesuai dengan prediksi curah hujan yang bakal meningkat berkisar antara 200-500 milimiter per bulan.

Dwikorita mengatakan bahwa curah hujan kali ini cenderung lebih tinggi dibandingkan tahun 2020 lalu.

Menurut Dwikorita, tingginya curah hujan ini akan mengakibatkan banjir khususnya di daerah Jawa Barat, Aceh, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua.

Selain itu, berdasarkan hasil pemantauan perkembangan musim hujan hingga menjelang akhir Desember 2020 menunjukkan bahwa sebanyak 85 persen zona musim (ZOM) di wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan.

"Musim hujan tahun 2020/2021 diwarnai oleh latar belakang fenomena iklim global La Nina yang terjadi sejak awal Oktober 2020.

Diprediksi hingga Mei 2021 dengan intensitas La Nina Moderat menjadi La Nina Lemah pada Maret 2021," jelas Dwikorita.

Bencana Banjir

Dari analisis dinamika atmosfer dan prakiraan curah hujan bulanan, lanjut dia, kondisi musim hujan hingga Maret 2021 diprediksi akan bersifat normal sampai atas normal atau cenderung lebih basah dari biasanya dibandingkan dengan musim hujan tahun lalu. ***Sumber : BMKG

إرسال تعليق