WHO Sindir PBB Gagal Selamatkan Krisis Kemanusiaan Palestina
Pejabat WHO menyindir tujuan pendirian PBB yang dinilai gagal menyelamatkan kemanusiaan di Palestina. Krisis yang terjadi di Palestina menjadi ujian besar bagi seluruh negara anggota untuk membawa perdamaian dunia.
"Organisasi ini didirikan untuk mempromosikan perdamaian di dunia kita. Jika Anda, sebagai Negara-Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, tidak akan atau tidak dapat menghentikan pertumpahan darah ini, maka kita harus bertanya: untuk apa Perserikatan Bangsa-Bangsa ini?" kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat Pertemuan Pleno Tidak Resmi Majelis Umum PBB, New York, AS, Jumat (17/11/2023).
"Krisis di Gaza adalah krisis bagi PBB, dan krisis bagi kemanusiaan. Pembicaraan saja tidak cukup," kata pejabat tertinggi di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Resolusi saja tidak cukup. Pernyataan saja tidak cukup."
"Anda harus bertindak, dan Anda harus bertindak sekarang."
WHO mendesak seluruh anggota PBB untuk memastikan akses bantuan kemanusiaan kepada warga sipil Gaza tidak terhalang. Pihaknya juga meminta serangan terhadap layanan kesehatan dihentikan.
Tedros mendesak agar pasien, fasilitas kesehatan, infrastruktur kesehatan, tenaga kesehatan, serta pekerja bantuannya dilindungi. Seruan mengakhiri konflik Hamas-Israel kembali disampaikan dalam pertemuan tersebut.
Ia mengingatkan bahwa seluruh negara anggota PBB tengah menyaksikan penghancuran kehidupan dan properti dalam skala yang mengerikan. Mereka juga tengah menyaksikan penghancuran tata krama, sistem berbasis aturan, dan kepercayaan antarnegara.
"WHO, seperti sistem PBB lainnya, netral. Kami tidak berpihak pada satu pihak atau yang lain, kami berpihak pada kemanusiaan," katanya.
Hingga kini, setidaknya 11.500 warga Gaza tewas tewas, dengan 70 persen adalah perempuan dan anak-anak. Sementara itu, 1,7 juta orang tidak lagi memiliki tempat tinggal.(*)