Viral, Dedi Mulyadi Bersitegang dengan Ketua Baznas Purwakarta Gegara Perbaiki Warung Kumuh

Wakil Ketua Komisi IV DPR Dedi Mulyadi bersitegang Ketua Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Purwakarta Saparudin. Perdebatan panas yang terekam kamera video tersebut ditayangkan akun Youtube Kang Dedi Mulyadi Channel dan viral.

Peristiwa tersebut menyita perhatian besar warganet. Hingga Rabu (27/10/2021), video tersebut telah ditonton hingga 482.000 kali dan menuai 11.000-an komentar.

Adu mulut bermula saat Dedi Mulyadi menolong seorang warga Garut yang telantar di halaman Kantor Baznas Purwakarta, pekan lalu. Saat itu, Dedi juga memberi bantuan pada pemilik warung di lokasi yang sama untuk merapikan dan menata tempat berjualannya, agar tidak kotor dan kumuh.

Selasa (27/10/2021) kemarin, Dedi kembali menyambangi Kantor Baznas Purwakarta untuk bertemu dengan pemilik warung. Sebab, warung tersebut akan direnovasi oleh Dedi agar tidak kotor dan terkesan kumuh.

Diharapkan, setelah direnovasi, warung akan berkembang dan tidak lagi sepi pembeli. "Pedagang istirahat dulu sudah diberi bekal untuk ganti (tutup warung) sementara sambil menunggu warung dibongkar untuk ditata," kata Dedi.

Saat memantau proses renovasi warung tersebut, tiba-tiba Dedi dihampiri oleh Saparudin. Dia mengaku keberatan karena Dedi telah menolong orang terlantar dan menata warung di halaman kantornya itu. "Saya ditelepon oleh Baznas pusat untuk klarifikasi bahwa itu semua ada aturan," ujar Saparudin.

Dedi pun menyatakan, apa yang dilakukannya berawal dari kepedulian setelah melihat warung di depan Baznas Purwakarta itu kumuh dan tidak ada yang beli. Di waktu yang sama, Dedi juga melihat ada seorang pria telantar sedang menggantungkan baju di tembok.

"Itu sebenarnya (orang telantar) sudah disuruh pulang, kan peraturan di Baznas seperti itu. Sudah dibantu dikasih uang Rp10.000 karena peraturan seperti itu sesuai ongkos asal dia. Baznas juga merasa yang bener siapa? Kalau di Baznas ada aturan. Orang dari Garut (di luar Purwakarta) tidak bisa diberdayakan, harus dipulangkan," kilah Saparudin.

"Kalau bicara umat Islam kita kan tidak bicara wilayah. Kok cari yang benar? Ini kan bukan bicara yang benar, tapi cari manfaat. Kalau tolong orang jangan bicara aturan, tapi bicara kita sebagai manusia. Kalau aturan orang dipisahkan oleh aturan, ini kan urusan manfaat. Tidak usah juga marah pada saya. Saya hanya tolong orang. Kebetulan orangnya di sini kan ini area kantor Baznas," ujar Dedi.

Saparudin kembali menjawab semestinya orang telantar dan anak yatim itu urusan negara, bukan Baznas. Sebab, Baznas telah mengacu pada aturan dengan memberikan uang orang yang telantar, bahkan memberi modal hingga membayar listrik dan air untuk warung tersebut.

Namun jawaban Saparudin tersebut kembali dipertanyakan. Dedi mempertanyakan maksud Saparudin komplain kepadanya. "Kan bapak ada aturan tidak bisa bantu. Ya saya bantu bereskan. Lalu masalahnya apa bapak komplain ke saya? Saya kan hanya membantu orang telantar di halaman Baznas. Lalu kenapa harus marah," tutur Dedi.

"Lalu apa hubungannya aturan itu dengan saya? Masa saya mau berbuat kebaikan dilarang oleh Baznas. Harusnya jangan bicara aturan Pak, tapi ikut membantu," ucap mantan Bupati Purwakarta dua periode ini.

Menurut Dedi, Baznas mendapat dana bukan hanya dari umat, tapi juga pemerintah daerah. Seharusnya, kata Dedi, sumber dana yang besar tersebut sebagiannya digunakan untuk membantu siapapun tanpa harus kaku pada aturan.

"Iya itu di 23/2011 (Undang Undang Pengelolaan Zakat) itu (dana dari pemerintah) disebutkan untuk operasional," jawab Saparudin.

"Operasional kan masuk kantong bapak sebagian, kasihkan pada mereka (yang membutuhkan)," timpal Dedi lagi.

Masih belum puas, Saparudin kembali berargumen bahwa aturan di BAZNAS yang menyebutkan pihak yang bisa dibantu adalah mereka membangun warung di tanah bersertifikat sendiri. Sementara warung yang dibantu Dedi berada di halaman Kantor Baznas Purwakarta.

"Saya tidak akan bangun permanen, hanya ganti atap dibikin indah lingkungan tidak kumuh begini. Bapak kerja di sini, keluarga bapak hidup dari sini, cintai lingkungan ini, tata. Bukan terus berbicara aturan. Terus nanti misal ada orang meninggal di kantor bapak harus bicara aturan juga? Itu mah mangga, saya tidak ada kaitan dengan Baznas, hanya membantu agar lingkungan tidak kumuh," tutur Dedi.

"Cuma kan saya ditegur oleh Baznas pusat, jadi ramai," jawab Saparudin.

"Ramai seperti apa? Kan di komentar juga tidak ada yang menyalahkan Baznaz malah mendukung. Saya kan membantu seperti ini bukan hanya di sini, tapi di mana pun. Pasar aja saya beresin. Kan beresin itu tidak perlu pakai aturan, tapi kepekaan, oleh empati. Dan kita berbuat baik bukan karena kelembagaan, tapi karena kepekaan dan empati. Kalau bicara aturan tidak akan beres. Harusnya Baznas bina UMKM diarahkan bagaimana dagangnya bersih. Saya tidak ngerti aturan, bapak yang ngerti aturan mah, saya mah tahunya bayar zakat setiap bulan," kata Dedi.

Seharusnya, ujar Dedi, dana operasional yang diberikan Pemkab Purwakarta kepada Baznas Purwakarta sekitar Rp300 juta bisa digunakan untuk menata lingkungan Kantor Baznas Purwakarta.

Sehingga, warung yang berada di halaman Kantor Baznas Purwakarta itu pun terlihat rapi dan tidak kumuh. "Kurang (dana operasional Rp300 juta). Kota kabupaten lain sudah M-an (miliaran)," ujar Saparudin.

"Ya jangan berbicara seperti itu kan jumlah penduduknya (Purwakarta) saja sedikit, luasnya kecil, PAD juga kecil. Masa Baznas ambilnya kegedean, nanti kalau kegedean bapak dosa kan ada pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT," ujar Dedi.

Meski Saparudin terus berbicara aturan, Dedi tetap melanjutkan merenovasi warung yang ada di halaman Kantor Baznas Purwakarta itu. Lewat renovasi, Dedi berharap, warung tersebut tidak lagi terlihat kumuh dan banyak orang datang untuk makan di tempat tersebut. agung bakti sarasa.***(INews)

Posting Komentar