no fucking license
Bookmark

Jemput Bola Mengatasi Stunting pada Balita

Pemenuhan kebutuhan gizi anak sangat penting dalam semua siklus hidup, terutama pada masa kritis 1.000 hari pertama kehidupan atau sejak dalam kandungan karena akan sangat berpengaruh pada kesehatan di masa depan.

Tidak terpenuhinya gizi pada balita akan menyebabkan stunting. Selain berimbas pada tinggi badan, stunting juga memiliki manifestasi jangka panjang. Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki kemampuan kognitif dan akademis yang rendah dan memiliki risiko lebih tinggi terhadap penyakit gizi lebih saat dewasa.

Stunting bukan hanya dilihat dari ukuran tinggi dan berat badan tapi yang tak kalah penting adalah terhambatnya perkembangan otak anak. Anak yang mengalami stunting perkembangan otaknya akan terganggu dan akan mempengaruhi masa depan mereka.

Oleh karena itu, penurunan angka stunting telah dinyatakan sebagai program prioritas nasional dan Pemerintah akan terus bergerak menata perangkat pelaksanaan percepatan pencegahan stunting dan menyusun Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (Stunting) 2018-2024 dengan target menurunkan stunting sampai 14 persen.

Meski COVID-19 menyulitkan penuntasan stunting dan layanan kesehatan balita secara langsung nyaris terhenti. Tapi siasat yang dilakukan Pemerintah tak boleh putus. Petugas bergerak dari rumah ke rumah, menjaga nutrisi balita. Terutama, bagi kelompok miskin yang paling rentan dipukul pandemi.

Hal tersebut tertuang dalam laporan "Capaian Kinerja 2021, Indonesia Tangguh-Indonesia Tumbuh" yang diluncurkan tepat pada dua tahun pemerintahan Presiden Joko Widodo - Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin, Rabu (20/10/2021).

Terkait hal ini, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menjabarkan beberapa target pemerintah terkait dengan stunting, yakni menghilangkan kelaparan dan menjamin akses bagi semua orang pada tahun 2030, khususnya pada kategori orang miskin dan mereka yang berada dalam kondisi rentan, termasuk bayi yaitu dengan mengupayakan makanan yang aman, bergizi, dan cukup sepanjang tahun serta menghilangkan segala bentuk kekurangan gizi.

Selain itu pemerintah berupaya mencapai target  internasional WHA (World Health Assembly) tahun 2025 untuk masalah anak pendek dan kurus di bawah usia 5 tahun dan memenuhi kebutuhan gizi remaja perempuan, ibu hamil dan ibu menyusui, serta lansia. Pemerintah sendiri telah menentukan penanganan stunting menjadi program prioritas terutama untuk daerah tertinggal.

Ke depannya permasalahan stunting akan menjadi tanggung jawab dan kerja bersama dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian PPPA. Namun demikian, penuntasan permasalahan stunting secara komprehensif memerlukan sinergi dan kerja bersama lintas kementerian/lembaga. 

Berdasarkan Profil Kesehatan 2019 Kementerian Kesehatan, persentase balita usia 0-59 bulan menurut status gizi dengan Indeks Berat Badan/Umur menurut provinsi pada tahun 2018 tercatat 13,8 persen balita Indonesia mengalami gizi kurang, sementara 3,9 persennya mengalami gizi buruk dan 3,1 persennya mengalami gizi lebih.(if)

Posting Komentar

Posting Komentar

Close x