Presiden Meresmikan Pabrik Baja Berteknologi Tinggi di Banten

Presiden Joko Widodo meresmikan Pabrik Industri Baja PT. Krakatau Steel (Persero) di Kota Cilegon, Provinsi Banten, pada Selasa (21/9/2021). 

"Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim hari ini saya resmikan Hot Strip Mill #2 PT Krakatau Steel Tbk," ujar Presiden Joko Widodo melalui siaran virtual yang ditayangkan laman Sekretariat Presiden (Setpres). 

Pabrik ini, lanjut Presiden, menggunakan teknologi modern yang terbaru dalam pengelolaan industri baja. Teknologi yang dipergunakan itu, saat ini hanya dipergunakan oleh perusahaan di industri baja pada negara maju Amerika Serikat (AS). 

Dengan begitu, perusahaan di atas, merupakan perusahaan kedua di dunia yang mengadopsi teknologi ini dalam pengelolaan baja di tanah air. "PT Krakatau Steel yang menggunakan teknologi modern dan terbaru di industri baja dan hanya ada dua di dunia, pertama di Amerika Serikat dan yang kedua di Indonesia, yaitu di Krakatau Steel," kata Presiden. 

Adanya teknologi ini, akan meningkatkan performa produksi hot rolled coil (HRC) kualitas premium yang mencapai sebesar 1,5 juta ton per tahun. Hasil tersebut, menjadikan PT Krakatau Steel menjadi pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium dengan jumlah semasif itu. 

Ke depan, produksinya akan terus kita tingkatkan hingga nanti mencapai 4 juta ton per tahun. "Tadi saya sudah melihat ke dalam proses produksinya dan betul-betul memang teknologi tinggi," tuturnya. 

Adanya teknologi tersebut, akan membangun optimisme dalam menekan angka impor baja di tanah air. Sehingga, pasokan baja dalam negeri dapat dipenuhi oleh perusahaan yang baru diresmikan oleh presiden saat ini. 

"Kita akan dapat memenuhi kebutuhan baja dalam negeri. Jadi enggak ada lagi impor-impor yang kita lakukan, ini yang kita harapkan," katanya. 

Kemudian, hal di atas, juga akan membuat efisiensi dalam pengelolaan baja ke depan yang berkualitas di masa mendatang. Tercatat, dengan menggunakan teknologi ini, mampu menghemat devisa negara hingga mencapai Rp29 triliun. 

Positifnya dampak teknologi ini, juga akan mewujudkan visi klaster 10 juta ton industri baja di Cilegon ini, yang ditargetkan akan terealisasi di 2025. 

"Saya pesan, agar kualitas produk yang dihasilkan tidak kalah dengan produk impor, bisa memenuhi kebutuhan dunia industri kita, di negara kita," pungkasnya. (nas)

Posting Komentar