Peran Bulog Serap Gabah Petani Karawang di Anggap Rendah

Harga gabah Rp400 ribu perkwintal, masih dianggap tak sepadan dengan biaya produksi yang dikeluarkan petani berbulan-bulan. Meskipun harga diatas Harga Pokok Pemerintah (HPP), namun bagi para petani Karawang, sebelum menembus harga Rp500.000 perkwintal, belum dikatakan untung. 


Menyikapi itu, Petani asal Cilamaya Wetan Soeharto Al Amin mengatakan, HPP dinaikan beberapa tahun terakhir, namun hasilnya masih tak sebanding dengan biaya produksi gabah yang di garap petani selama berbulan-bulan. Artinya, yang terpenting adalah naikan HPP Bulog, sebab dulu mereka sebagai lembaga yang memiliki pertimbangan harga, kini lemah perannya puluhan tahun terakhir, bahkan mereka hanya turun saat harga di bawa HPP, itupun membeli setelah menghitung tingkat rendemen gabah. "HPP Bulog yang harus di naikan mah, karena program serapan gabah mereka diatur dibawah HPP baru bisa turun ke petani, ini yang seharusnya di.pertimbangkan, " Ujarnya.

Sangat wajar, sambungnya, jika petani selalu dengan hasil rugi betapapun di musim kemarau, karena harga gabah selalu di banderol rendah tangkulak. "Hal yang di beli petani selalu mahal seperti Pupuk bersubsidi dinaikan harganya, kemudian berasnya juga mahal, tapi ketika petani menjual gabah selalu saja rendah. Sekarang saja di Cilamaya -Wadas hanya di patok Rp3,8 - 4,0 perkilogramnya, " Pungkasnya. (Rd)
Posting Komentar