Khawatir Orang Tua soal Sekolah Tatap Muka: Pemda Bisa Jamin?

Sejumlah orang tua siswa mempertanyakan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang memberikan kewenangan sekolah tatap muka ke pemerintah daerah.

Salah satunya diutarakan Rulyanti (45), ibu dari siswa kelas X SMA di Jakarta Selatan. Ia mengaku tak akan mengizinkan anaknya sekolah jika pun sudah dibuka Januari 2021.

"Kalau risiko emang dia mau jamin? Aku pasti lihat dulu kondisi di sekolah. Bisa dijamin nggak pemda itu, kalau terjadi sesuatu dia mau jamin nggak?," ungkapnya kepada CNNIndonesia.com, Jumat (20/11).

pendidikan

Kekhawatiran wanita yang akrab disapa Ully itu khususnya karena sang anak memiliki penyakit pada organ pernapasan. Sehingga dinilai lebih rentan terkena virus. Sedangkan ia sendiri tak percaya kegiatan di sekolah dapat berjalan aman dan mematuhi protokol kesehatan dengan ketat. Ia bahkan mengaku tak begitu berharap dengan vaksin covid-19.

"Kalau ada vaksin juga tetap tergantung anaknya mau divaksin apa nggak. Karena anaknya sudah besar, jadi nggak bisa dipaksa. Kalau sudah vaksin baru boleh sekolah," katanya.

Dugaan sang anak tak mau divaksin ini datang dari keraguan Ully sendiri terhadap efektivitas vaksin. Ia bercerita sering membaca pemberitaan tentang vaksin.

Banyak berita, katanya, yang menggambarkan orang yang mengalami efek samping ketika menjadi peserta uji coba vaksin. Hal ini membuatnya khawatir.

"Takutnya abis divaksin anak ku kejang-kejang, atau gimana lah. Anak ku cuma satu, nggak bisa diganti. Pokoknya kalau udah soal anak, orang tua itu nggak mau risiko lah," lanjutnya.

Kekhawatiran serupa juga diungkapkan Soraya (34), ibu dari anak berusia 4 tahun yang kini duduk di bangku Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Cinere, Depok.

Ia menilai keadaan pandemi corona di Indonesia belum memungkinkan untuk menerapkan pembelajaran tatap muka. Terlebih untuk anak jenjang PAUD dan SD.

"Jangan karena orang sudah capek, bosen, kelamaan terus dilonggarin. China saja waktu itu turun [kasusnya] boleh sekolah, kerja terus sekarang fase dua. Indonesia fase satu saja belum turun-turun," kata dia yang dilansir CNNIndonesia.com.

Soraya mengaku dirinya lelah dengan pembelajaran jarak jauh. Ia bercerita terkadang sering stres karena harus mendampingi anak sekolah sembari bekerja dari rumah.

Namun hal ini tak terus membuatnya ingin buru-buru membuat anaknya kembali ke sekolah. Apalagi anaknya masih di usia dini.

Selama belajar daring, Soraya bercerita kegiatan sehari-harinya lumayan padat. Kadang ia harus mengikuti rapat di jam yang sama ketika sang anak harus sekolah.

"Sekolah jam setengah sembilan, setengah 10. Kerjaan ya aku hold dulu. Laptop dua depan muka. Tapi fokus ke anak. Kalau meeting jam segitu, udah anak lari-lari nggak fokus sekolah," ceritanya.

Ia mengatakan sesungguhnya ingin sang anak bersekolah seperti umumnya. Anaknya belum pernah merasakan belajar di kelas, lantaran hari pertama sekolah jatuh di tengah pandemi.

Tapi keinginan ini mesti dipendam demi menjaga keamanan dan kesehatan keluarganya. Meskipun Soraya sudah penat berperan sebagai guru sambil bekerja setiap hari.

Sebelumnya, Mendikbud Nadiem Makarim meyakini pemda merupakan pihak yang paling tahu dengan kondisi di wilayahnya. Untuk itu diskresi membuka sekolah diserahkan seluruhnya ke pemda.

Ia menegaskan kebijakan ini tidak bersifat wajib. Sekolah diperbolehkan belajar tatap muka namun dengan syarat, yakni diizinkan pemda, komite sekolah dan kantor wilayah setempat.

Nadiem mengatakan orang tua juga boleh tidak mengizinkan anak sekolah tatap muka, jika belum yakin akan keamanan di tengah pandemi.***

Posting Komentar