Kades-Kades di Cilamaya Kulon Berencana Setop BST Pertanian Tahap 6

Kemelut Bantuan Sosial Tunai (BST) Pertanian, masih berlanjut di Kecamatan Cilamaya Kulon. Meskipun sudah cair di tahap 5, penyusutan dan doubel bantuan yang menimbulkan gejolak, menemui jalan buntu. Akibatnya, para Kades dan UPTD Pertanian berencana menyetop BST Pertanian tersebut di pencairan tahap 6 mendatang demi mered
Petani
am gejolak berkepanjangan.

Kades Pasirjaya, Wakzie Saglak mengatakan, selain Bansos Provinisi yang setiap tahap semakin menyusut kuota penerimanya, BST pertanian juga tak kalah menimbulkan gejolak di lapangan. Desanya, sebut Wakzie, dari 1.400 penerima BST, menyusut menjadi 1.100 orang, dan ditahap 5 terus saja tergerus kuotanya. Karenanya, 

Minggon awal November kemarin kades di Cilamaya Kulon sepakat Dengan pihak Dinas pertanian kecamatan, untuk menutup Bansos BST Pertanian ditahap 6. Sebab, alasannya jelas, karena di Cilamaya Kulon banyak masalah timbul dari BST pertanian ini, seperti  Double Data yang cuek pembaharuan, serta quotanya selali Berkurang daru setiap tahap.  "Tahap 6 dan selanjutnya, agar dicabut BST Pertanian mah, soalnya banyak menimbulkan masalah, serta kurang tepatnya sasaran ke masyarakatnya, " Katanya.

Disinggung resiko warga penerima jika terjadi penyetopan, Wakzie mengaku, pihaknya sudah sosialisasikan masalah ini ke warga penerima, karena, semakin turun BST dan kuotanya, maka timbulnya kecemburuan sosial dari Bansos pertanian semakin nampak gesekannya.
Bahkan, Pemdes juga selalu disalahkan tidak adil karena, orang-orang mampu dan kaya juga kebagian mendapatkannya. Sedangkan yang kuli tandur serta yang membutuhkan tidak dapat, artinya tidak tepat sasaran. "Tahap 5 sudah cair kemarin dikantor Pos sebelum BanProv turun, " Katanya.

Senada dikatakan Kades Bayurlor, H Yadi, wacana penyetopan BST pertanian itu terjadi gegara kuotanya terus berkurang. Pemerintah desa, banyak di sangka dan jadi sasaran tudingan pemangkasan kuota, bahkan sampai cibiran bahwa konon duitnya dimakan orang desa. Desa Bayurlor yang mendapatkan BST pertanian, sangat sedikit, jauh dari desa lainnya, karena hanya di Ganjar 36 orang saja, sementara petani sangat banyak di desa ini. "Wacana penyetopan itu ya karena kuotanya berkurang terus, oknum masyarakat selalu mencibir bahwa pemangkasan itu adalah dari desa, padahal data dan verifikasi jelas dari Pusat, " Keluhnya.

Menyikapi itu, Camat Cilamaya Kulon, Rully Sutrisna mengatakan, tidak betul kalau para kades menyetop BST pertanian, karena itu baru sebatas wacana usulan saja dan itu pun yang dengar. Memang, Simalakama bagi para Kades, sebab pemerintah desa jadi selalu di benturkeun, termasuk para kades menyikapinya serba salah. Sebab, yang namanya duit bantuan, istilah kata orang sakit juga bangun. Disebut tidak boleh double, warga tetap saja ingin nuntut ingin semua karena dasar data ada, "Jadi Pertimbangannya, dari pada kades na di paranggil oleh APH double tidak boleh dan di geser di laporkeun oleh  APH,  jelas tumpang tindih bantuan teh menurut keterangan kades juga, " Pungkasnya.**
Posting Komentar