Berprestasi Tak Jamin Masuk Kerja, Bikin Trauma Pemudi Karawang

Jadi rangking 1,2 dan atau 3, selalu jadi kebanggaan orangtua/wali murid. Mereka berharap, lewat prestasi yang baik, akses mendapatkan hak pekerjaaan saat lulus sekolah juga mulus. Di usia yang masih terbilang muda, seorang anak yatim asal Dusun Cimahi RT 011/003 Desa Cikarang Kecamatan Cilamaya Wetan Farihah, jadi kebanggan keluarganya, mengingat di tengah keterbatasan ekonomi, prestasi yang di raih anak lulusan Madrasah Aliyah tahun 2020 ini, bisa mengangkat derajat keluarga kecilnya. Namun, apa yang di alami Farihah dengan prestasinya, tak sebanding dengan kemudahan yang didapat dalam mendapatkan hak pekerjaan di tanah kelahirannya sendiri. Mulai dari ikut serta dalam seleksi di Balai Latihan Kerja (BLK), sampai input berkas lowongan pekerjaan secara online, tak satupun kesempatan untuk memperbaiki ekonomi keluarga anak yatim ini, memihak keberuntungan padanya. Yang lebih menyakitkan, saat prestasi kalah dengan "Nominal" uang saat hendak mendapatkan pekerjaan lazimnya pelamar lain, rasa putus asa menjadi sebuah kewajaran. 

Di ceritakan tetangganya, Nata, bahwa Karawang ini terkenal dengan kota industri dan lubung padi, bahkan PAD yang cukup besar diantara wilayah lainnya. Tapi kenapa, dikota kelahirannya anak ini susah cari kerja ??? Alasannya cuma satu, karena anak ini tidak punya cukup uang untuk "Pelicin" penyalur kerja di perusahaan.

Farihah ini, merupakan anak yatim, anak orang yang ditinggal Ayahnya. Dia, sebut Nata, sedang terus berusaha cari kerja untuk perbaikan ekonomi keluarganya, bahkan sudah dilakukannya, termasuk  BLK dengan penuh harap, ketika melamar ada perhatian dari pihak perusahaan. Tapi, nyatanya, siswa beprestasi ini sampai sekarang masih nganggur . "Penuh harap ngelamar kerja bisa diterima diperusahaan yang membutuhkannya tapi apa ? " Tanyanya.


Yang ia tahu, sambung Nata, Farihah ini adalah lulusan MAN Karawang, siswa yang berprestasi dalam belajarnya. Selalu dapat Rangking 1, 2 dan atau 3 pernah diraihnya, bahkan dia juga sering menerima surat dari berbagai Negara seperti Korea Selatan, karena karya-karya menulisnya yang baik. Tapi ternyata, prestasi yang didapatkan itu nol besar. Sebab asli anak Karawang yang malang disaat pamdemi Covid 19 ini, anak yang masih punya semangat belajar tapi harus jadi tulang punggung keluarga. "Apa lagi dulu semasa orang tuanya hidup, berharap ke pemerintah pengen dibangunkan rumah lewat program Rulahu sampe meninggal tidak ada realisasinya, " Keluhnya.***
Posting Komentar