Proses Belajar Daring Bikin Susah, Operator Selular di Indonesia Tak Peduli?

Proses belajar mengajar daring selama masa Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19) masih dikeluhkan sejumlah siswa, orang tua dan juga para tim pengajar. Bahkan, kendala terbesar dari semua keluhan tersebut adalah jaringan internet dan kuota dalam sistem pembelajaran daring ini, karena setiap ingin membuka materi video harus streaming yang membutuhkan banyak paket data.

Foto ilustrasi

Berbagai operator seluler yang ada di Indonesia memang terlihat berusaha untuk memberikan kemudahan dalam hal ini, namun, tetap saja tawaran paket data ataupun bonus yang diberikan belum mampu membuat belajar daring para siswa ini nyaman. Mereka masih lagi terganggu dengan kontur wilayah yang menyebabkan sinyal internet di tempat mereka menghilang.

Proses Belajar Mengajar (PBM) ini sendiri sudah berlangsung selama sepekan, dimulai Senin (13/7/2020) lalu hingga sekarang. Dalam pelaksanaannya, PBM masih dilakukan secara daring akibat wabah pandemi virus corona yang belum berakhir, demi menghindari penyebaran Covid-19 di dunia pendidikan.

Terkait dengan itu, beberapa provider hingga saat ini belum ditemukan paket pelajar yang memberikan kelonggaran bagi siswa, baik itu pemberian paket dengan harga murah atau beberapa promo yang dapat meringankan beban siswa dan para orang tua, karena sebagian masyarakat masih mengeluhkan besarnya beban biaya yang diambil untuk satu kali paket data.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sendiri sempat merilis, sudah menerima 51 pengaduan dari berbagai wilayah, termasuk Jakarta, Bekasi, Cirebon, Tegal, sampai Pontianak. Sejumlah siswa mengeluh beratnya penugasan dari guru yang harus dikerjakan dengan tenggat yang sempit, di sisi lain masih banyak tugas dari guru lain.

"Pengadu dari Jakarta menceritakan kalau gurunya memberikan tugas membuat film pendek dengan waktu hanya dua hari dan harus di-upload dengan minimal mendapatkan 200 like. Membuat film sampai proses edit tidak mungkin 2 hari, apalagi dengan kondisi guru bidang studi lain juga memberikan berbagai tugas yang bahkan wajib diselesaikan hari itu juga," kata Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti via keterangan tertulis.

Ada pengadu lain yang bercerita kalau teman-temannya datang ke rumah karena tidak punya cukup kuota untuk mendengarkan materi dari guru. Hal ini jadi kontradiktif dengan tujuan belajar di rumah, yaitu menghindari siswa bertemu banyak orang. Seorang orangtua siswa pun mengeluh anaknya yang masih kelas 3 SD setiap hari mendapat 40 sampai 50 soal yang harus dikumpulkan hari itu juga.

Ada Paket Khusus dari Perusahaan Telekomunikasi

Sementara, Sekretaris Perusahaan Wilayah Telkom Sumbar Sunhadi mengatakan, untuk setiap siswa yang melaksanakan PBM secara daring, pihak Telkom telah menyediakan beberapa paket pelajar yang dapat diambil sesuai kebutuhan siswa. "Paket pelajar tersebut bisa diambil dari beberapa aplikasi yang tersedia, seperti contohnya My Indihome," katanya, Rabu (22/7/2020) saat dihubungi harianhaluan.com.

Lanjut Sunhadi, siswa yang menggunakan provider Telkom bisa merunut pada beberapa pilihan yang telah disediakan sesuai dengan paket pelajar yang tertera pada aplikasi. "Bisa di cek sendiri di aplikasi, mengenai harga dan promo yang cocok bagi siswa saya kurang tau pasti kebutuhannya seperti apa," tambahnya.

Saat ini, Telkom menyediakan paket belajar khusus paket internet yang dapat digunakan siswa dalam belajar secara daring dan memang diperuntukkan bagi pelajar, paket tersebut bernama Learning from home. Para siswa dapat mengambil paket internet tersebut. Program daring ini sama sekali bukan program yang dirancang oleh pihak provider, institusi terkait hanya dilibatkan sebagai jasa untuk membantu proses belajar secara daring.

Sementara, Direktur Sales Telkomsel, Ririn Widaryani menyebut, perusahaannya juga menyedikan tiga paket khusus yang terdiri atas paket CloudX, paket Bulk Education dan paket Society. Ketiga paket tersebut menawarkan benefit yang berbeda-beda. "Ada penyediaan paket internet khusus untuk kampus dan reguler kuota, serta ada kuota khusus CloudX untuk conference meeting," kata Ririn.

Paket Society Telkomsel menyediakan paket Society yang dirancang secara eksklusif untuk digunakan para tenaga pengajar seperti guru, dosen dan karyawan. Terdapat dua kategori paket, yaitu paket Voice dan paket Internet. Pada paket Voice, penguna dapat melakukan panggilan tak terbatas (unlimited) kepada seluruh pengguna Telkomsel dan bonus 100 menit panggilan ke semua operator setiap bulannya.

Sedangkan untuk paket Internet, tersedia kuota internet selama 30 hari dengan harga yang diklaim lebih terjangkau, seperti kuota 10 GB yang dibanderol Rp40 ribu, kuota 20 GB seharga Rp60 ribu, kuota internet 30 GB seharga Rp85 ribu dan kuota internet 50 GB seharga Rp100 ribu. Program Bantuan Kuota Terjangkau untuk perguruan tinggi ini akan berlangsung sejak 17 Juli 2020 hingga 31 Agustus 2021.

Selain itu, program ini juga ditargetkan untuk dapat menjangkau sekitar 4.760 perguruan tinggi di Indonesia. Untuk memastikan identitas pengguna sesuai dengan kriteria, yakni mahasiswa, dosen, dan tenaga pengajar, Telkomsel juga sudah bekerja sama dengan pihak-pihak perguruan tinggi dan MoU dengan Kemendikbud.

Selain Paket Data, Ini Kendala Lain yang Dihadapi saat Belajar Daring

Selain paket data, sinyal merupakan kendala terbesar yang sering dihadapi pada saat proses pembelajaran daring akibat Covid-19 ini. Sering dijumpai juga banyak siswa ataupun mahasiswa yang bertempat tinggal di daerah terpencil harus pergi ke tempat yang tinggi agar dapat koneksi sinyal yang bagus untuk melakukan proses pembelajaran online.

Bahkan, sampai ada korban meninggal akibat untuk mencari sinyal, siswa itu rela untuk memanjat menara masjid dan nahasnya malah terjatuh. Kendala sinyal memang yang sering kita jumpai dalam masalah saat pembelajaran daring. Operator selular di Indonesia pun berlomba-lomba mengklaim sinyal terbaik, tapi sejauh ini masih saja ditemukan kendala sinyal untuk belajar online.

Dengan pembelajaran daring ini, kendala yang kedua yaitu sulitnya memahami materi yang disampaikan guru yang seringkali hanya melalui ‘voice note’ saja. Guru tidak memberikan gambaran bagaimana materi pembelajaran tersebut secara detail. Ada juga beberapa guru yang hanya memberi tugas saja kepada murid tanpa memberi penjelasan dahulu mengenai materi pembelajaran tersebut sehingga murid akan kesulitan.

Pada murid SMK yang memang mengharuskan siswanya untuk lebih ditekankan pada pembelajaran praktek akan menjadi kendala pada saat pandemi Covid-19 ini yang hanya bisa melakukan pembelajaran online dan hanya berisi materi saja. Hal ini akan menghambat pembelajaran yang dilakukan siswa pada jenjang SMK yang tidak bisa melakukan praktek untuk mengasah skill mereka di bidang yang mereka tekuni.

Terakhir, pembelajaran daring ini membuat orangtua dituntut harus memiliki minimal ponsel yang sudah memadai untuk melakukan pembelajaran online. Padahal kenyataannya, banyak masyarakat yang belum menggunakan ponsel yang bisa untuk melakukan pembelajaran online. Dengan begitu, kondisi ini akan mengharuskan orangtua untuk membelikan handphone untuk anaknya agar bisa mengikuti pembelajaran online, sedangkan ekonomi menurun parah. ***

Posting Komentar